Seorang gadis kecil yang bernama gendis ..dia tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah gubuk tua di penghir kota ,,di suatu pagi yang cerah saat gendis sedang bermain dihalaman rumahnya ,,tiba tiba gendis melihat anak anisa teman bermain nya yang siap siap pergi sekolah dan di antar oleh kedua orang anisa ,sambil melihat anisa tanpa sadar gendis pun mengukir senyum di wahahnya ,gendis membayangkan betapa asyik dan menyenangkan jika dia sekolah dan punya banyak teman,
Tiba tiba gendis berlari kedalam rumah dan menghampiri ibu nya dan berkata
Ibu... boleh kah gendis masuk sekolah seperti anisa teman gendis itu bu,boleh ya bu boleh ya..??
gendis juga ingin menjadi anak yang pintar,boleh ya bu?"
ibu gendis pun menjawab dengan tersenyum
"boleh dong sayang."
yeyy yeyy"teriak gendis
Gendis menari dan berputar sambil bersorak..
gendis pun tidak sabar menunggu hari esok, gendis membayangkan betapa asyik nya sekolah dan punya banyak teman serta bisa belajar membaca menulis dan ketemu guru.
Keesokan harinya pada pukul 05.00 pagi gendis sudah bangun
Dan buru buru pergi ke kamar ayah bundanya. Tuk tuk...suara ketukan pintu
"ayah ibu ayo bangun gendis mau sekolah,gendis mau mandi bu"
Iya nak sebentar ya ..ayah dan ibunya pun hanya bisa tersenyum melihat tingkah anaknya, Anak ayah sudah besar rupanya kata sang ayah. "Gendis sudah besar yah..gendis mau belajar membaca yah".
"Kalau begitu ayo segera mandi",sahut sang ayah. Gendis pun langsung terburu-buru sambil bersenandung kecil menuju kamar mandi. Setelah mandi, sholat subuh dan sarapan, gendis pun memakai seragam sekolah, ayah ibu gendis sudah siap dan ayo yah ibu kita pergi..
Meskipun jalanan masih gelap namun gendis dan orang tuanya harus berangkat pagi pagi karena jarak sekolah dari rumah cukup jauh dan mereka harus berangkat lebih awal agar tidak telat, selama diperjalanan gendis pun bersenandung ria ia begitu senang karena dia akan menjadi murid murid baru dan memiliki banyak teman ..dengan perjalanan tang jauh akhirnya gendis pun sampai disekolah,..
sesampai di sekolahnya gendis disambut hangat oleh guru-gurunya.
Di dalam kelas ia memiliki banyak teman namun ada seorang teman yang sangat jahil tetapi kadang kejahilannya itu berlebihan. dan gendis pun merasa sedih san menangis di bangku nya, ibu guru yang melihat gendis sedang sedih pun menghampiri gendis dan bertanya "mengapa gendis sendih nak ?" sambil menangis gendis pun menjawab bahwa dia di jahili oleh rio,ibu guru pun menasehati rio agar tidak jahil kepada gendis dan teman-temannya. Rio pun meminta maaf kepada gendis.
Keesokan harinya gendis pun pergi ke sekolah lebih awal dari hari sebelumnya dikarenakan jalan yang biasa ia lewati terkena musibah longsor. gendis dan orang tuanya melewati jalan yang penuh dengan bebatuan,serta melewati jembatan kecil, meskipun perjalanannya sedikit sulit namun gendis tetap semangat,itu membuat kedua orang tuanya merasa bangga,gendis tidak pernah terlihat mengeluh ataupun menangis selama perjalanan menuju sekolah itu yang membuat kedua orang tuanya bangga kepada putri mereka, hari haripun berlalu sekarang gendis sudah memiliki banyak teman dan gendispun sering di minta oleh gurunya untuk membaca ayat suci al-qur'an di depan teman-teman nya, gendis adalah anak yang ceria pembani dan juga pintar, dia tidak pernah malu jika orang tuanya hanyalah seorang penjual nasi goreng kaki lima, meskipun dia sering di ejek sama teman teman nya namun gendis tidak pernah menyerah dia tetap bersemangat menuntut ilmu meskipun baru menginjak bangku sekolah kanak kanak. Namun gendis ingin menjadi anak yang pintar dan bisa menjadi anak yang sukses disaat besar nanti ,gendis juga memiliki cita cita jika sudah besar nanti dia ingin membahagiakan kedua orang tua nya. Meskipun saat ini begitu banyak kerikil tajam yang menyertai perjalanan hidup gendis. Namun dia selalu melewatinya dengan senyuman dan rasa syukur .
Gendis adalah gadis desa yang lugu namun punya cita cita yang mulia,
Gendis adalah berlian desa yang memiliki cita cita yang tinggi, meskipun yang gendis lalui untuk menggapai cita citanya tidaklah mudah dan begitu banyak kerikil tajam.
Author : Zahra Aulia Ramadhani
Via
Cerpen
Posting Komentar