budaya
hotnews
pendidikan
Universitas Fort de Kock Bawa Nama Sumatera Barat ke Kancah Kolaborasi Pendidikan Internasional Indonesia-Belanda
Di tengah panggung Konferensi Internasional WINNER edisi keenam yang bergengsi pada 7 Oktober 2025 di Gedung BJ Habibie, Jakarta, sebuah momentum penting bagi pendidikan tinggi Sumatera Barat tercipta. Mengusung tema “Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Penelitian,” acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia-Belanda dan atas kerja sama Kemendikbudristek dan BRIN ini menjadi ajang pertemuan para pemikir dan institusi pendidikan terkemuka.
Sebelum acara utama dimulai, sebuah sesi eksklusif bertajuk ‘Matchmaking NL Knowledge House (NLKH)’ diadakan. Sesi ini secara khusus mengundang perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang proposalnya lolos seleksi ketat untuk berdiskusi langsung dengan anggota NLKH, sebuah platform strategis untuk memperkuat kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi Indonesia dan Belanda.
Di sinilah letak kebanggaan kita sebagai masyarakat Sumatera Barat. Di antara ketatnya seleksi proposal dari seluruh penjuru negeri, UFDK tampil sebagai satu-satunya perwakilan dari Ranah Minang yang diundang secara terhormat untuk mengikuti kegiatan ‘matchmaking’ tersebut. UFDK tidak hanya hadir, tetapi juga membawa sebuah gagasan besar yang terbukti relevan dan strategis di hadapan para pakar dari Belanda dalam kegiatan tersebut terkhusus dalam topik membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan. Tentu, ada rasa bangga yang luar biasa melihat perwakilan dari Sumatera Barat terpilih dalam kegiatan yang prestisius antara Indonesia dan Belanda. Terkhususnya dari Bukittinggi yang memiliki sejarah mendalam dengan banyaknya peninggalan dan dampak positif dari negara Belanda di Bukittinggi.
Prestasi ini tentu tidak lepas dari kepemimpinan Rektor Universitas Fort de Kock, Prof. Dr. Evi Hasnita sekaligus juga sebagai undangan yang lolos proposalnya dalam rangkaian ‘matchmaking’ tersebut. Apresiasi setinggi-tingginya patut kita sampaikan atas visi dan inovasi beliau yang tak pernah berhenti dalam membangun dan menjadikan UFDK sebagai kampus yang selalu terdepan. Keberhasilan ini telah ikut mengharumkan nama Kota Bukittinggi di panggung yang lebih luas. Terlebih lagi, kehadiran UFDK dengan jumlah mahasiswanya saat ini telah terbukti memberikan dampak positif dan multiplier effect yang signifikan dalam menggerakkan roda ekonomi masyarakat di sekitar kampus.
Namun, di tengah momentum emas ini, sebagai pemerhati pendidikan, saya merasa perlu menyoroti sebuah persoalan yang harus kita selesaikan bersama. Permasalahan tanah yang belum selesai antara pihak Universitas dan pemerintah kota. Saya hanya dapat mendoakan persoalan yang sedang dihadapi PemDa dan pihak Yayasan dapat menyelesaikan persoalan yang ada dengan cara musyawarah mufakat. Namun, saya bersyukur dan ada kesejukan hati mendengar pernyataan dari Bapak Walikota Bukittinggi yang baru, Bapak Ramlan, saat pelantikan SEKDA Bapak Rismal Hadi beberapa waktu lalu, yang menaruh perhatian untuk menyelesaikan masalah pertanahan antara Pemda dan pihak Yayasan Fort de Kock.
Jika jalan buntu, saran saya, serahkanlah kepada pihak ketiga yang netral (pengadilan) untuk menyelesaikannya. Malu kita jika persoalan ini berlarut-larut tanpa akhir. Sebagaimana pituah penghulu adat, ‘ndak ado persoalan nan ndak bisa disalasaikan’. Atau seperti kata pepatah lain, ‘Manyalasaikan masalah yo batanang-tanang, tagangnyo malau-lau, kanduanyo badantiang-dantiang’.
Menyelesaikan persoalan ini dengan bijak adalah kunci untuk memastikan langkah internasional yang telah dirintis oleh Universitas Fort de Kock tidak terhambat. Kini, saatnya kita di daerah untuk memberikan dukungan penuh, agar visi besar ini dapat terus melaju, membawa nama baik daerah, dan pada akhirnya, memberikan manfaat bagi bangsa. Saya mendorong semua pihak untuk bersama-sama membangun masa depan Bukittinggi yang lebih baik.
Dr. Gusrizal,
Pemerhati Pendidikan
Via
budaya
Posting Komentar